PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN PENULISAN MODUL,CARA PEMBUATAN MODUL
PENGERTIAN,
FUNGSI, DAN TUJUAN PENULISAN MODUL
A. Pengertian dan Karakteristik Modul
A. Pengertian dan Karakteristik Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk
dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga
media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk
belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa
kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya
yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa
pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya.
Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri.
Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu
kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul
ini.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sis- tematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sis- tematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.
1. Self Instructional; yaitu melalui
modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri,
tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka
dalam modul harus;
a. berisi tujuan yang dirumuskan dengan
jelas;
b. berisi materi pembelajaran yang
dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara
tuntas;
c. menyediakan contoh dan ilustrasi
yang mendukung kejelasan pema- paran materi pembelajaran;
d. menampilkan soal-soal latihan, tugas
dan sejenisnya yang memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur
tingkat penguasa- annya;
e. kontekstual yaitu materi-materi yang
disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
f. f. menggunakan bahasa yang sederhana
dan komunikatif;
g. g. terdapat rangkuman materi
pembelajaran;
h. h. terdapat instrumen
penilaian/assessment, yang memungkinkan peng- gunaan diklat melakukan ‘self
assessment’;
i.
terdapat instrumen
yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan
materi;
j.
j. terdapat
umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya menge- tahui tingkat
penguasaan materi; dan
k. k. tersedia informasi tentang
rujukan/pengayaan/referensi yang mendu- kung materi pembelajaran dimaksud.
2. Self Contained; yaitu seluruh materi
pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari
terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas,
karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan
dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
3. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu
modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan
modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk
mempe- lajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih
menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka
media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
4. Adaptive; modul hendaknya memiliki
daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan
adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan
perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap
“up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat
digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5. User Friendly; modul hendaknya
bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan
pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan
merupakan salah satu bentuk user friendly.
B. Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul
Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas
pembelajaran mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut
di atas, maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini ialah adanya
kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah
secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu para pembaca
merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul
ini. Kecuali apabila pembaca menginginkan pengembangan wawasan tentang bidang
tersebut, bahkan dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar
pustaka (bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap
modul. Isi suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya,
apalagi isinya.
Modul mempunyai banyak arti
berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di
mana saja secara mandiri. Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka
kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan
bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa
mengikuti pola belejar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penulisan
modul memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Memperjelas dan mempermudah
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang,
dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/ instruktur.
3. Dapat digunakan secara tepat dan
bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar;
mengembangkan kemampuan dalam berin- teraksi langsung dengan lingkungan dan
sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri
sesuai kemampuan dan minatnya.
4. Memungkinkan siswa atau pebelajar
dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Dengan memerhatikan tujuan-tujuan di
atas, modul sebagai bahan ajar akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap
muka. Hal ini tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang baik
menulis seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu
topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis saat
pembelajaran, dikemukakan dalam modul yang ditulisnya. Penggunaan modul dapat
dikatakan sebagai kegiatan tutorial secara tertulis.
C. Pembelajaran
Menggunakan Modul
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
komunikasi yang diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada
peserta didik. Informasi yang disampikan dapat berupa pengetahuan, keahlian,
skill, ide, pengalaman, dan sebagainya. Informasi tersebut biasanya dikemas
sebagai satu kesatuan yaitu bahan ajar (teaching material). Bahan ajar
merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran yang disusun secara
sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar memungkinkan
peserta didik mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut
dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu. Bahan ajar disusun dengan tujuan; (1) membantu peserta
didik dalam mempelajari sesuatu; (2) menyediakan berbagai jenis pilihan bahan
ajar; (3) memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran; serta (4) agar
kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan
pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian
yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan
kondisinya. Sistem belajar mandiri adalah cara belajar yang lebih
menitikberatkan pada peran otonomi belajar peserta didik. Belajar mandiri
adalah suatu proses di mana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa
bantuan orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri;
merumuskan/menentukan tujuan belajarnya sendiri; mengidentifikasi sumber-sumber
belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil
belajarnya sendiri.
Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebe- basan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik. Peserta didik mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana peserta didik diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu peserta didik menjadi seorang pebelajar mandiri.
Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebe- basan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada peserta didik. Peserta didik mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana peserta didik diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu peserta didik menjadi seorang pebelajar mandiri.
Implikasi utama kegiatan belajar mandiri adalah
perlunya mengopti- malkan sumber belajar dengan tetap memberikan peluang otonomi
yang lebih besar kepada peserta didik dalam mengendalikan kegiatan belajarnya.
Peran guru/tutor bergeser dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar
dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang sema-
ngat belajar, memberi peluang untuk menguji/mempraktikkan hasil belajar- nya,
memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa
yang telah dipelajari akan berguna dalam kehidupannya. Untuk itulah diperlukan
modul sebagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar mandiri.
Pembelajaran menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: (1) meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat; (2) menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik; (3) secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul; (4) mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi.
Pembelajaran menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: (1) meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat; (2) menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik; (3) secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul; (4) mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi.
Tujuan pembelajaran menggunakan modul untuk mengurangi
keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri.
Pelaksanaan pembelajaran modul lebih banyak melibatkan peran peserta didik
secara individual dibandingkan dengan tutor. Tutor sebagai fasilitator kegiatan
belajar, hanya membantu peserta didik memahami tujuan pembelajaran,
pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi, serta menyiapkan
dokumen.
Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika peserta didik diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila peserta didik tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria peserta didik didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika peserta didik diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila peserta didik tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria peserta didik didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
CARA MEMBUAT BAHAN AJAR BERUPA MODUL
1. Pengertian
Modul
Istilah modul dipinjam dari dunia
teknologi, yaitu alat ukur yang lengkap dan merupakan satu kesatuan program yang dapat
mengukur tujuan. Modul menurut Cece Wijaya (1992:86), dapat dipandang sebagai
paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar.
Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya “Teknik Belajar dengan Modul,
(2002:5), mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang
disajikan dalam bentuk “self- instruction”, artinya bahan belajar yang
disusun di dalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan
yang terbatas dari guru atau orang lain.
Walaupun ada bermacam-macam
batasan modul, namun ada kesamaan pendapat bahwa modul itu merupakan suatu
paket kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri, karena modul adalah
suatu unit yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan
belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas. Dengan demikian, pengajaran modul dapat
disesuaikan dengan perbedaan individual siswa, yakni mengenai kegiatan belajar
dan bahan pelajaran.
Batasan modul pada buku pedoman
penyusunan modul (Cece Wijaya
1992:96), yang dimaksud dengan modul ialah satu unit program belajar mengajar
terkecil yang secara terinci menggariskan:
1. Tujuan-tujuan intruksional umum.
2. Tujuan-tujuan intruksional khusus.
3. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar
mengajar.
4. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan.
5. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang
lebih luas.
6. Peranan guru dalam proses belajar mengajar.
7. Alat dan sumber yang akan dipakai.
8. Kegiatan belajar mengajar yang akan/harus dilakukan
dan dihayati murid secara berurutan.
9. Lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama
berjalannya proses belajar ini.
Hal di atas sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh B. Suryosubroto (1983 :17), bahwa modul adalah sebagai
sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain guna membantu siswa
menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu.
Jadi, dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan belajar terprogram yang disusun
sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis, serta terperinci.
Dengan mempelajari materi modul, siswa diarahkan pada pencarian suatu tujuan
melalui langkah-langkah belajar tertentu, karena modul merupakan paket program
untuk keperluan belajar. Dan satu paket program modul, terdiri dari
komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar,
alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi.
2. Komponen - Komponen Modul
Berdasarkan batasan modul di atas, dapat diketahui
bahwa komponen-komponen atau unsur-unsur yang terdapat modul, adalah
sebagai berikut:
a. Pedoman guru
Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk guru agar
pengajaran dapat diselenggarakan secara efisien, juga memberi
penjelasan tentang:
1) Macam-macam yang harus dilakukan oleh guru.
2) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul itu.
3) Alat-alat pelajaran yang harus digunakan.
4) Petunjuk-petunjuk evaluasi.
b. Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan ini, memuat materi pelajaran yang
harus dikuasai oleh siswa dan pelajaran juga disusun secara teratur langkah
demi langkah sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh siswa. Dalam lembaran
kegiatan, tercantum pula kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa, misalnya
mengadakan percobaan, membaca kamus, dan sebagainya.
c. Lembar kerja
Lembar kerja ini menyertai lembar kegiatan siswa,
digunakan untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah yang
harus dipecahkan.
d.
Kunci lembaran kerja
Maksudnya agar siswa dapat
mengevaluasi (mengoreksi) sendiri hasil pekerjaannya, apabila siswa membuat
kesalahan dalam pekerjaannya maka ia dapat meninjau kembali pekerjaannya.
e.
Lembaran tes
Tiap modul disertai lembaran tes,
yakni alat evaluasi yang digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan atau
tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan dalam modul itu. Jadi, lembaran tes berisi soal-soal
untuk menilai keberhasilan murid dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam
modul tersebut.
f.
Kunci lembaran tes
Kunci lembaran tes sebagai alat
koreksi sendiri terhadap penilaian yang dilaksanakan.
Sedangkan penjelasan
komponen-komponen modul menurut Cece Wijaya, (1992 :97) adalah
sebagai berikut:
1. Petunjuk guru
a. Umum, berisikan:
1) Fungsi modul serta kedudukannya dalam kesatuan program
pengajaran.
2) Kemampuan khusus yang perlu dikuasai terlebih dahulu
sebagai prasyarat.
3) Penjelasan singkat tentang istilah-istilah.
b. Khusus, berisi:
1) Topik yang dikembangkan dalam modul.
2)
Kelas yang bersangkutan.
3) Waktu yang diperlukan untuk modul itu.
4) Tujuan intruksional.
5) Pokok-pokok materi yang perlu dibahas.
6) Prosedur pengerjaan modul, kegiatan guru dan murid,
serta alat yang dipergunakan.
7) Penilaian: prosedur dan alatnya.
2. Lembaran kegiatan siswa, berisi:
a. Petunjuk untuk murid mengenai topik yang akan dibahas,
pengarahan umum, dan waktu yang tersedia untuk mengerjakannya.
b. Tujuan pelajaran, yaitu yang berupa tujuan
intruksional khusus yang ingin dicapai dengan modul yang bersangkutan.
c. Pokok-pokok materi dan rinciannya.
d. Alat-alat pelajaran yang dipergunakan, dan
e. Petunjuk khusus tentang langkah-langkah kegiatan
belajar yang harus ditempuh, yang biberikan secara terinci dan berkelanjutan
diselingi dengan pelaksanaan kegiatan.
3. Lembar kerja siswa
Berisi tugas-tugas atau persoalan-persoalan yang harus
dikerjakan oleh murid setelah mempelajari kegiatan murid.
4. Kunci jawaban untuk lembaran kerja siswa
Berisi jawaban yang diharapkan tentang tugas-tugas
yang dikerjakan oleh murid pada waktu melaksanakan kegiatan belajar dengan
mempergunakan lembaran kerja. Dengan kunci jawaban ini, anak dapat mengoreksi
sendiri apakah pekerjaannya telah diselesaikan dengan baik atau tidak.
5. Lembaran tes
Berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan murid
dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut.
6. Kunci jawaban untuk lembaran tes
Berisi jawaban yang benar untuk setiap soal yang ada
dalam lembaran penilaian, ialah untuk digunakan sebagai alat koreksi sendiri terhadap
pekerjaan yang dilakukan.
Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam modul
Cece Wijaya (1992:99) adalah sebagai berikut:
1. Petunjuk untuk guru
a. Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus.
b. Penjelasan tentang cara menyelenggarakan proses
belajar mengajar yang efisien.
c. Penjelasan tentang materi pelajaran yang akan
disajikan dan strategi belajarnya.
d. Waktu yang disediakan untuk mempelajari materi modul.
e. Alat-alat dan bahan pelajaran serta sumber-sumber yang
harus digunakan, dan
f. Prosedur penilaian, jenis, cara/alat, dan materi
penilaian yang digunakan.
2. Kegiatan siswa
a. Pendahuluan. Pada bagian ini dicantumkan jadwal modul
lainnya dan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan siswa. Di samping itu,
memuat tujuan yang dicapai dan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
b. Petunjuk belajar. Pada bagian ini, akan diuraikan
apa-apa atau urutan langkah yang harus dikerjakan siswa dalam menggunakan
modul.
c. Kegiatan belajar. Pada bagian ini, terdiri dari
beberapa kegiatan masing-masing kegiatan memuat tujuan yang akan dicapai.
Materi pokok yang akan dipelajari dan uraian materinya. Pada akhir uraian
materi pelajaran, disajikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan maupun
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa mengenai materi pelajaran yang
telah dipelajari. Tugas-tugas ini, diberikan agar siswa dapat menilai hasil
belajarnya sendiri.
d. Kunci tugas. Kunci tugas disediakan pada akhir
kegiatan siswa dengan harapan agar siswa dapat dengan segera mengetahui apakah
tugas-tugas yang dikerjakannya benar.
3. Tes akhir modul
Setiap modul dilengkapi dengan
tes akhir modul. Dari hasil tes siswa, guru dapat mengetahui apakah tujuan
pembelajaran yang ditetapkan telah tercapai atau belum. Cakupan tes akhir modul
antara lain dapat mengukur aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
4.
Kunci tes akhir modul
Kunci tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kunci
tes ini, hanya dipegang oleh guru yang senantiasa dijaga kerahasiaannya.
3. Tujuan Modul
dalam Kegiatan Belajar
Tujuan digunakannya modul di
dalam proses belajar mengajar menurut B. Suryosubroto (1983:18), ialah agar:
a.
Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
b.
Murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan
kemampuannya sendiri.
c.
Murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar
sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru.
d. Murid dapat menilai dan
mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan.
e. Murid benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar
mengajar.
f. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang
lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.
g. Modul disusun dengan berdasar kepada konsep “Mastery
Learning” suatu konsep yang menekankan bawa murid harus secara optimal
menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu. Prinsip ini,
mengandung konsekwensi bahwa seorang murid tidak diperbolehkan mengikuti
program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut.
Jadi, jelaslah bahwa pengajaran modul itu merupakan
pengajaran individual yang memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan sesuai dengan kecepatan masing-masing
individu.
4. Modul Langkah-langkah penyusunan
modul
Suatu modul yang digunakan di sekolah, disusun atau
ditulis dengan melalui langkah-langkah seperti berikut:
1. Menyusun kerangka modul
a. Menetapkan (menggariskan) tujuan intruksional umum
(TIU) yang akan dicapai dengan mempelajari modul tersebut.
b. Merumuskan tujuan intruksional khusus (TIK) yang
merupakan perincian atau pengkhususan dari tujuan intruksional umum tadi.
c. Menyusun soal-soal penilaian untuk mengukur sejauh
mana tujuan intruksional khusus bisa dicapai.
d. Identifikasi pokok materi pelajaran yang sesuai dengan
setiap tujuan intruksional khusus.
e. Mengatur/menyusun pokok-pokok materi tersebut di dalam
urutan yang logis dan fungsional.
f. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar murid.
g. Memeriksa sejauh mana langkah-langkah kegiatan belajar
telah diarahkan untuk mencapai semua tujuan yang telah dirumuskan.
h. Identifikasi alat-alat yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan belajar dengan modul itu.
2. Menyusun (menulis) program secara terperinci
meliputi pembuatan semua unsur modul, yakni petunjuk guru, lembar kegiatan
murid, lembar kerja murid, lembar jawaban, lembar penilaian (tes), dan lembar
jawaban tes.
Secara garis besarnya, penyusunan modul atau
pengembangan modul menurut S. Nasution (1987:217-218) dapat mengikuti
langkah-langkah berikut:
1. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik,
dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.
2. Urutan tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang
diikuti dalam modul itu.
3. Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa,
pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk
menempuh modul itu (Entry Behaviour atau Entering Behaviour).
4. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini
bagi siswa. Ia harus tahu apa gunanya ia mempelajari modul ini, siswa harus
yakin akan manfaat modul itu agar ia bersedia mempelajarinya dengan sepenuh
tenaga.
5. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu
dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan
dalam tujuan. Kegiatan itu dapat berupa mendengarkan rekaman, melihat film,
mengadakan percobaan dalam laboratorium, mengadakan bacaan membuat soal, dan
sebagainya. Perlu disediakan beberapa alternatif, beberapa cara yang dijalani
oleh siswa sesuai dengan pribadinya. Bagian inilah yang merupakan inti modul,
aspek yang paling penting dalam modul itu, karena menyangkut proses belajar itu
sendiri.
6. Menyusun post-tes untuk mengukur hasil belajar murid,
hingga manakah ia menguasai tujuan-tujuan modul. Dapat pula disusun beberapa
bentuk tes yang pararel. Butir-butir tes harus bertalian erat dengan
tujuan-tujuan modul.
7. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang
terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya.
Secara teoritis penyusunan modul dimulai dengan
perumusan tujuan, akan tetapi dalam prakteknya sering dimulai dengan penentuan
topik dan bahan pelajarannya dapat dipecahkan dalam bagian-bagian yang lebih
kecil yang akan dikembangkan menjadi modul. Baru sebagai langkah kedua,
dirumuskan tujuan-tujuan modul yang berkenaan dengan bahan yang perlu dikuasai
itu.
Sumber
Bacaan:
Cece Wijaya (1992), Upaya Pembaharuan dalam
Pendidikan dan Pengajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, B. Suryosubroto. (1983)
Sistem Pengajaran dengan Modul, Jakarta: Bina Aksara,
Departemen Pendidikan Nasional (2002), Teknik Belajar
dengan Modul, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
S. Nasution, (1987) Berbagai Pendekatan Dalam
Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara
Modul Makalah : Tempatnya berbagi modul dan makalah pendidikan.
BalasHapus